informasi -kesehatan40

Selasa, 03 Februari 2009

modul terapi aktivitas kelompok

MODUL III-B

MODUL III-B

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling tergantung satu dengan lainnya dan menyepakati satu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok saling pengaruh mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini didisain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptive menajdi perilaku adaptif atau bisa difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.


Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku di mana perilaku pasien bersifat maladaptive, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan distress dan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi menggunakan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan demikian terapi aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa di masyarakat.


Pengertian

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu jenis terapi kelompok di mana sekelompok pasien (5-12 orang) bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku yang adaptif.


  1. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Ada 4 jenis TAK yang sudah dikembangkan yaitu:

    1. TAK Sosialisasi

    2. TAK Orientasi Realita

    3. TAK Stimulasi Sensori

    4. TAK Stimulasi Persepsi

    1. TAK Sosialisasi

TAK sosialisasi adalah TAK dengan aktivitas belajar tahapan komunikasi dengan orang lain untuk meningkatkan kemampuan dalam berhubungan social.


TAK sosialisasi diindikasikan untuk pasien:

a. Isolasi Sosial

  1. Kerusakan Interaksi Sosial

  2. Harga diri rendah


Tujuan TAK sosialisasi adalah:

    1. Pasien mampu memperkenalkan diri

    2. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

    3. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

    4. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan

    5. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain

    6. Pasien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

    7. Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegaiatan TAK sosialisasi yang telah dilakukan


TAK sosialisasi terdiri dari 7 sesi meliputi:

  1. Sesi I : Memperkenalkan diri

  2. Sesi II : Berkenalan dengan anggota kelompok

  3. Sesi III : Bercakap-cakap dengan anggota

  4. Sesi IV : Menyampaikan topik pembicaraan

  5. Sesi V : Menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain

  6. Sesi VI : Bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

  7. Sesi VII : Menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan


Pelaksanaan kegiatan TAK sosialisasi dapat dilihat pada Buku TAK halaman 16 sampai dengan halaman 48.


    1. TAK Stimulasi Persepsi

TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.


Tujuan TAK stimulasi persepsi:

    1. Pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat

    2. Pasien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.


Indikasi TAK stimulasi persepsi:

      1. Pasien dengan risiko perilaku kekerasan

      2. Pasien dengan halusinasi

      3. Pasien dengan harga diri rendah

      4. Pasien dengan isolasi sosial


TAK stimulasi persepsi terdiri dari 3 jenis meliputi:

  1. TAK Stimulasi Persepsi Umum:

      1. Sesi I: Menonton TV

      2. Sesi II: Membaca majalah/Koran

      3. Sesi III: Melihat gambar

  1. TAK Stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan:

  1. Sesi I: Mengenal perilaku kekerasan

  2. Sesi II: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik

  3. Sesi III: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan interaksi social asertif

  4. Sesi IV: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan patuh minum obat

  5. Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah

  1. TAK Stimulasi persepsi mengontrol halusinasi:

  1. Sesi I: Mengenal halusinasi

  2. Sesi II: Mengontrol halusinasi: menghardik halusinasi

  3. Sesi III: Mengontrol halusinasi: melakukan kegiatan

  4. Sesi IV: Mengontrol halusinasi: bercakap-cakap

  5. Sesi V: Mengontrol halusinasi: minum obat teratur

  1. TAK Stimulasi persepsi harga diri rendah:

  1. Sesi I: Mengidentifikasi aspek positif

  2. Sesi II: Melatih kemampuan dan aspek positif


Pelaksanaan TAK stimulasi persepsi dapat dilihat pada Buku TAK halaman 49–105.


    1. TAK Stimulasi Sensori

TAK stimulasi sensori adalah TAK dengan fokus memberikan stimulasi kepada pasien agar memberikan respon yang adekuat.


TAK stimulasi sensori diindikasikan untuk pasien:

    1. Isolasi sosial

    2. Harga diri rendah

    3. Kurang komunikasi verbal


Tujuan TAK stimulasi sensori meliputi:

      1. Pasien mampu berespon terhadap suara yang didengar

      2. Pasien berespon terhadap gambar yang dilihat

      3. Pasien berespon terhadap gambar yang dilihat

      4. Pasien mengekspresikan perasaan melalui gambar


Bentuk terapi aktivitas kelompok terdiri dari tiga macam yaitu stimulasi suara, stimulasi gambar atau gabungan. Dalam terapi aktivitas kelompok di masyarakat ada 3 sesi yang bisa diterapkan meliputi:

    1. Sesi I: Stimulasi sensori; musik

    2. Sesi II: Menggambar

    3. Sesi III: menonton TV/Video


Proses pelaksanaan masing-masing sesi TAK tersebut dapat dibaca dalam Buku TAK halaman107-115.


    1. TAK Orientasi Realita

TAK orientasi realita adalah TAK dengan kegiatan utama upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada pasien, yaitu orientasi pada diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.


Tujuan TAK orientasi realita:

    1. Pasien mengenal tempat ia berada

    2. Pasien mengenal waktu

    3. Pasien mengenal diri sendiri dan orang lain


Indikasi TAK stimulasi sensori adalah pasien yang:

    1. Gangguan orientasi realita: orang, tempat, waktu, misalnya pada psikotik

    2. Pasien demensia


Bentuk kegiatan TAK orientasi realita adalah pengenalan orang, tempat, dan waktu yang dikerjakan dalam kelompok. Tahapannya meliputi:

    1. Sesi I: Pengenalan orang

    2. Sesi II: Pengenalan tempat

    3. Sesi III: Pengenalan waktu


Proses pelaksanaan TAK stimulasi orientasi realita dapat dibaca pada buku TAK halaman 116-126.





Struktur Kelompok

Struktur kelompok terdiri dari:

    1. Pimpinan Kelompok (leader). Pimpinan kelompok dapat diperankan oleh Perawat CMHN atau Kader yang telah terlatih. Leader memimpin jalannya kelompok seperti tahapan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan terapi.

    2. Anggota Kelompok. Anggota kelompok adalah pasien-pasien sesuai dengan indikasi TAK yang telah ditentukan. Jumlah anggota dalam TAK minimal 5 orang dan maksimal 12 orang.


Lama Pelaksanaan TAK

Lama pelaksanaan TAK adalah 20 - 40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit.


Proses Terapi Aktivitas Kelompok

TAK terdiri dari 4 tahapan meliputi:

    1. Tahap Persiapan.

Dalam tahap persiapan dilakukan:

      1. Identifikasi pasien yang akan dilibatkan dalam TAK. Pasien yang akan dilibatkan dalam TAK adalah pasien yang:

  1. sehat fisik,

  2. sudah kooperatif

  3. berkomunikasi dengan baik

  4. tidak dalam pengaruh obat yang mengganggu kemampuan konsentrasi pasien

      1. Penetapan jenis TAK. Jenis TAK ditentukan oleh masalah keperawatan yang dialami oleh pasien yang ada di wilayah pelayanan perawat CMHN (Desa Siaga Sehat Jiwa). Berikut ini pedoman jenis TAK yang bisa dilaksanakan:

  1. Pasien Perilaku Kekerasan: TAK Sosialisasi, dilanjutkan dengan TAK SP Mengontrol PK

  2. Pasien halusinasi: TAK sosialisasi dilanjutkan TAK SP mengontrol halusinasi

  3. Pasien Isolasi social: TAK sosialisasi

  4. Pasien Harga Diri Rendah: TAK sosialisasi dilanjutkan TAK SP Meningkatkan Harga Diri

  5. Pasien Defisit Perawatan Diri: TAK sosialisasi (fase 4 topik yang dibicarakan tentang topik perawatn diri).

  6. Pasien Waham: TAK sosialisasi dilanjutkan dengan TAK SP meningkatkan Harga Diri

  7. Pasien Demensia: TAK Orientasi Realita dilanjutkan dengan TAK sosialisasi

  8. Pasien Depresi: TAK sosialisasi dilanjutkan dengan Tak meningkatkan Harga Diri


      1. Persiapan alat dan bahan. Untuk masing-masing jenis TAK diperlukan peralatan yang berbeda-beda. Apabila di area di mana perawat CMHN bertugas tidak ada alat yang diperlukan, dapat diganti alat yang semacamnya. Misalnya bola tennis dapat diganti dengan bola plastik. Kaset lagu dapat disesuaikan dengan kaset yang ada dan sesuai dengan daerah setempat.

      2. Tentukan tempat. Tempat yang dipilih adalah cukup luas, nyaman dan aman. Tepat tersebut dapat berupa rumah Ketua Lorong, Rumah Pak Keucik, atau Balai Pertemuan lainnya.

      3. Penetapan waktu pelaksanaan. Untuk menentukan waktu pelaksanaan perawat CMHN harus membuat kesepakatan dengan semua pasien. Pilih waktu yang disepakati oleh sebagian besar pasien.

    1. Tahap Orientasi. Tahapan ini dilakukan sesudah pasien berkumpul di tempat dilaksanakan TAK. Kegiatan dalam orientasi meliputi:

      1. Mengucapkan salam

      2. Memvalidasi perasaan pasien/keluarga

      3. Menjelaskan tujuan TAK

      4. Menyepakati aturan main TAK

    2. Tahap Kerja. Dalam tahapan ini leader memimpin pasien untuk melakukan aktivitas TAK untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk TAK sosialisasi fase satu mengajak pasien memperkenalkan jati diri secara bergantian sampai semua pasien melakukannya. Tahapan pelaksanaan TAK dapat dilihat di Buku TAK.

    3. Tahap Terminasi. Tahap ini dilakukan untuk mengakhiri TAK. Kegiatan terminasi meliputi:

      1. Evaluasi perasaan pasien

      2. Memberikan pujian

      3. Memberikan tindak lanjut kegiatan

      4. Menyepakati kegiatan TAK berikutnya


Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok

    1. Evaluasi Kemampuan Pasien

Evaluasi kegiatan TAK dilakukan dengan mengamati perilaku pasien selama TAK dilaksanakan. Apakah pasien menunjukkan perilaku seperti yang telah direncanakan atau tidak. Caranya adalah dengan mengisi table evaluasi pada masing-masing jenis TAK (Lihat Buku TAK).

    1. Evaluasi Kemampuan Perawat

Dalam melaksanakan TAK perawat dievaluasi dengan format sbb:

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT

DALAM MEMIMPIN TAK


Nama Perawat : ………………………

Ruangan Praktek : ………………………

Jenis TAK : ………………………

Hari, tgl : ………………………



No


Kriteria Evaluasi

Skor

4

3

2

1

A

Fase Orientasi





1

Mengucapkan salam terapeutik





2

Mengevaluasi/memvalidasi kondisi pasien





3

Membuat kontrak topik, waktu, tempat TAK





4

Menjelaskan aturan main TAK





B

Fase Kerja





1

Urutan kegiatan sesuai dengan pedoman





2

Mengarahkan peserta untuk mengikuti kegiatan sesuai rencana





3

Mengatasi masalah-masalah yang timbul dengan pendekatan terapeutik





4

Menggunakan teknik komunikasi terapeutik





5

Memberikan reinforcement positif pada pasien





C

Fase Terminasi





1

Mengevaluasi kesan dan pencapaian peserta TAK





2

Menyampaikan tindak lanjut untuk pasien





3

Membuat kontrak TAK berikutnya (topik, waktu, tempat






Total Skor



……………, ………… 20..

Penilai



(…………………………….)

Minggu, 14 September 2008

epdidemologi

KONSEP PENYEBAB PENYAKIT


Hubungan kausal sangat penting peranya bagi kesehatan masyarakat dan kedokteran. Perencanaan kesehatan pada suatu komunitas dengan asumsi, bahwa fasilitas tersebut akan menyebabkan perbaikan kesehatan komunitas yang dilayani.

Informasi epidemologis yang mendasar tentang terjadjinya penyakit harus di kuasai oleh semua praktisi dibidang kesehatan, termasuk didalamnya pengelola program dan administrator kesehatan, meskipun jumlah dan macam informasi yang di butuhkan bervariasi sesuia dengan tugas dari masing-masing praktisi.


A. DEFINISI

  1. penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbulah ganggaun pada fungsi atau struktur dari organ atau system dari tubuh.

  2. penyakit adalah sesuatu keadaan pada dimana proses kehidupan tidak lagi teratur


B. PERKEMBANGAN TEORI TERJADINYA PENYAKIT

  1. timbulnya penyakit karena gangguan mahluk halus.

  2. teori humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena ganguan keseimbangan tubuh

  3. teori miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan

  4. teori jasad renik, terutama setelah di temukan nya mikroskop dan dilengkapi teori imunitas.

  5. teori nutrisi dan resistensi, hasil pengamatan nerbagai pengamatan epidemiologis.








VARIABEL EPIDEMOLOGI


Variable-variabel epidemologi adalah ciri-ciri atau factor resiko yang terdapat pada kelompok penduduk pada suatu waktu dan tempat tertentu serta yang menyebabkan terjadinya penykait

Penggunann variable epidemologi untuk menganalisa pada distribusi dalam masyarakat.


VARIABEL EPDEMOLOGI MODEL TIME-PLACE-PERSON

1.TIME

bila suatu penyakit di amati berdasarkan saat terjadinya ( jam,tanggal,bulan,tahun), maka data yang terkumpul dapat di kelompokkan menurut kurun waktu kejadiannya. Hasil pengamatan umumnya menunjukkan adanya variasi kejadian penyakit dalam dimensi waktu.

Berdasarkan pola variasinya maka di kenal

a.variasi jangka pendek:

  1. sporadis : kejadian relative berlangsung singkat, di beberapa tempat dan tidak saling berhubungan. Contoh : penyebaran penyakit DHF pada tahun 1960-an.

  2. endemis : penyakit menular yang terus meneurs terjadi di suatu tempat

  3. pandemis : penyakit yang berjangkit ke beberapa Negara atau seluruh dunia

  4. epidemis : kenaikan kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dan dalam yang secara bermakna melebihi jumlah insiden yang di perkirakan.


Jenis epidemic yang dikenal

a. Common source : karena adanya satu sumber penularan

  • pont-source

  • continuos common –source

penyebab: bilogis (agent penular penyakit) non biologis(pencemaran lingkungan)

exposure yang berlangsung dalam waktu pendek pada sekelompok penduduk akan terlihat adanya sejumlah penderita dalam suatu kurun waktu sepanjang range dari masa inkubasi penyakit yang bersangkutan.

Apabila penularan exposure berlangsung terus-menerus maka puncak insiden berlangsung untuk waktu yang lebih lama sebelum di ikuti penurunan insiden

b. Propagated epidemic, karna adanya banyak sumber penularan akibat person to person transmission

apabila penularan wabah berlangsung secara person to person di antara kelompok penduduk yang susceptible maka wabah baru berhenti setelah jumlah suspect sangat berkurang. Kecepatan penularan dalam mencapai puncak bergantung pada:

  1. jumlah kasus pada awala wabah

  2. panjangnya masa inkubasi dan infektivitas penyebab penyakit

  3. kesempatan kontak secara person to person

pada penyakit yang menular wabah propagated menurut waktu terlihat ada nya beberapa puncak insiden yang makin rendah kerana rangkaian penulran pada kelompok susceptible yang satu akan menimbulkan rangkaian penulran pada kelompok lain dengan suspect yang semakin kecil


Perbedaan common source dan propagated epidemis

No

Ciri

Common source

Propagated

1.

Onset

,cepat kenaikan insiden tajam

Lambat, kenaikan landai

2.

Kurun waktu

Selesai dalam satu masa inkubasi

Beberapa masa inkubasi

3.

Penurunan insiden

Cepat, bila sumber di hilangkan

Lambat, penularan manjadi terbatas Karena proporsi suitable menjadi kecil

4.

Periode infektif dari agent

Berkaitan dengan adanya aktivitas yang jangka waktunya pendek

Terus menerus berlangsung di masyarakat

5.

Masa inkubasi

Sebagian besar kasus lebh pendek dari rata-ratanya

Lebih panjang




b. Variasi berkala

1. Musiman

sifat musiman yang dalam insiden beberapa penyakit umunya disebabkan oleh factor-faktor penularan yang berubah-ubah menurut musim. Misalnya : malaria (variasi kepadatan vector)

apabila factor resiko dapat di kurangi misalnya melalui program pemberantasan vector, maka insiden pada musim berikutnya tidak akan setinggi puncak pada musim yang lalu.


2. Siklis

perubahan berkala yang terjadi dengan interval lebih panjang dari satu tahun. Perubahan jumlah insiden ini banyak dipengaruhi oleh factor resiko berupa: perubahan imunisasi. Ada perubahan berkala yang berlangsung setiap 2-3 tahun ada yang lebih panjang intervalnya. Apa bila imunitas kelompok penduduk dapat ditingkatkan, misalnya : dengan mengurangi jumlah susceptible, melalui program imunisasi berkala yang terjadi berlangsung dengan interval yang panjang.


3. Secular Trend

kecenderungan yang terlihat pada insiden atau prevalens suatu penyakit akibat perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama. Perubahan ini di pengaruhi oleh factor-faktor resiko berupa jumlah suscpectible.

Pengetahuan tentang penyakit menurut variable waktu berguna untuk :

  1. meramalkan puncak kejadian penyakit

  2. merencanakan upaya penanggulangan nya

  3. melakukan evaluasi dampak penanggulangan yang sudah di kerjakan dengan membandingkan tinggi puncak insiden sebelum dan sesudah penanggulangan


2. Place(tempat)

adalah suatu konsep geografis yang melukiskan suatu daerah di batasi garis lintang dengan garis bujur timur dengan ketinggian dari muka laut.

Tempat dapat juga di batasi hanya kepada kompleks, asrama, tempat kerja dan lain-lain



Contoh:

  1. yellow fever : amerika tengah , amerika selatan dan afrika

  2. TBC : pada daerah penduduk padat dengan social ekonomi rendah

  3. campak : lebih tinggi di daerah rural

  4. cholera : daerah penduduk padat dengan lingkungan jelek

  5. asbestosis : pada pekerja pabrik asbes dll.


3. Person/orang

ada dua factor yang sangat berpengaruh dalam distribusi penyakit pada sekelompok penduduk tertentu yaitu:

a. Intrinsik

1.umur

resiko mendapat penyakit menurut umur mencerminkan derajat imunitas dan exposure agent

contoh :

  • orang tua : jantung, kanker, penyakit-penyakit non kronis yang kronis

  • dewasa muda : keelakan, penyakit yang ada hubunngan dengan pekerjaan

  • semua umur : pencemaran lingkungan yang biasanya lebih jelas pada golongan umur dewasa dan setengah umur

2. Sex

angka kematian pada wanita pada semua umur lebih rendah dari pada pria oleh kerana exposure terhadap resiko pekerjaan, lingkungan, aktivitas dll. Morbiditas penyakit tertentu (missal : GO) dapat lebih tinggi pada wanita karena kesulitan dalam diagnosa. Gejala respiratoris menurut kebiasaan merokok dan sex.

Rate pada kedua jenis kelamin untuk perokok, sama. Sedang pada laki-laki yang tidak merokok lebih tinggi karena factor exposure yang berbeda-beda.


3. Status Perkawinan

secara relaitf resiko mendapat penyakit dapat berbeda pada mereka yang kawin dan yang tidak kawin, misalnya:

  1. penyakit kelamin pada wanita

  2. penyakit piskiatris, karena penderitanya banyak yang tidak kawin.


4. Kelompok Etnis

perbedaan ini umumnya karena factor exposure dan imunitas sebagai akibat perbedaan sosioekonomi dan alat kebiasaan ( agama )

contoh : TBC, Ca penis


5. Status Sosioekonomis

factor exposure (misalnya: lingkungan) dan imunitas sangat berpengaruh pada perbedaan distribusi penyakit tertentu menurut status sosialnya

contoh : komplikasi penyakit.












DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

Tujuan dari penelitain epidemiologi adalah pengendalian penyakit dan pencegahan penyakit yang diperkirakan akan membebani individu maupun masyarakat dimasa mendatang. Fakto-faktor promotif dan perventif serta manfaat tindakan tertentu terhadap suatu kondisi kesehatan.

Sebelum melakukan penelitian epidemologi, langkah penting yang harus dibuat adalah menentukan desain penelitian


A. Komponen

Ada dua komponen penting pada setiap desain epidemologi yaitu:

1. Subjek yang diamatai

  1. keberadaan pembanding

    • ada

    • tidak ada

  2. unit pengamatan

    • individu

    • populasi

2. Metode pengamatan

  1. frekuensi pengamatan

    • 1 x

    • >2x

  2. arah / direction pengamatan

    • forward, jika pengamatan berawal dari penyebab kemudian akibat

    • backward, jika pengamatan berawal dari akibat kemudian penyebab.


  1. timing

    • retrospektif, jika kasusnya sudah terjadi

    • prospektif, jika kasusnya belum terjadi


B. TIPE PENELITAN EPIDEMOLOGI

Secara garis besar riset epidemologi dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Penelitian observasional dan

2. Penelitian experimental

penelitan observasional adalah penelitian epidemologi di mana peneliti hanya mengamati dan sama sekali tidak melakukan intervensi. Sedangkan penelitian eksperimental adalah penelitian epidemologi dimana peneliti akan melakukan intervensi. Intervensi yang dilakukan meliputi usaha aktif untuk mengubah determiinan penyakit.

Dalam table berikiut menunjukkan berbagai tipe penelitian epidemologi, nama alternatifnya, dan unit studi masing-masing penelitian.


Tabbel tipe penelitian epidemologi

Pendekatan yang dilakukan

Jenis rancangan penelitian

Tipe penelitan

Unit study

Penelitian epidemologi observasional

Deskriptif

Survey institusional


Survey masyarakat


Analitik

Cross sectional

Individual

Case control

Individual

Cohort

Individual

Penelitian epidemologi eksperimental

Analitik

Uji klinik

Pasien

Field trials

Individu sehat

Intervensi komunitas

komunitas



C. PENGELOMPOKKAN DESAIN EPIDEMOLOGI OBSERVASIONAL

ada dua kelompok besar desain studi epidemologi yaitu studi Deskiptif dan studi Analitik. Perbedaan masing-masing dapat dilihat pada matrix berikut ini:


pengelompokkan desain epidemologi observasional


tabel pengelompokkan desain epidemiologi observasional

Item perbedaan

Epidemologi deskriptif

Epidemologi analitik

1.bentuk desain

Desain tidak lengkap

Desain dasar ada informasi tentang penyebab, akibat, dan informasi dikumpulkan pada tingkat individu

2.level

Distribusi dan frekuensi

Determinan

3.siklus penelitian

Informasi penyakit belum di ketahui





Menghasilkan hipotesa

Menghasilkan pertanyaan baru





Menguji hipotesa

4.pembanding

Tidak ada

ada








Pembagian desain studi epidemologi dapat pula dikelompokkan sebagai berikut:


Keberadaan pembanding





Ada Tidak ada



Analitik deskriptif


Keberadaan perlakuan

unit





Ada Tidak ada





eksperimental

observasional

individu

populasi




a.clinical trial a.kasus control a.studi kasus a.studi korelasi

b.community trial b.kohort b.kasus seri

c.cross sectional c.cross sectional




1. epidemologi deskriptif

pengertian

menggambarkan status kesehatan masyarakat diambil dari data yang sudah ada atau dari sebuah survey. Pengertian epidemologi deskriptif yaitu: suatu study yang menggambarkan pola-pola kejadian penyakit dengan variable orang, tempat, dan waktu. Penelitain model ini tidak mencoba menganalisa adanya hubungan antara factor resiko dan akibat yang ditimbulkan.


TUJUAN DAN KEGUNAAN

  1. menyediakan data dasar dari perencanaan, penyediaan dan penilain upaya pelaynann kesehatan di suatu populasi

  2. menilai kecenderungan pemaparan dalam populasi atau antar populasi

  3. memperoleh petunjuk tentang etiologi penyakit untuk dilanjutkan dengan studi analitik atau intervensi



KEKUATAN DAN KELEMAHAN

a.Kekuatan

  • relatif lebih mudah dan lebih murah

  • memungkinkan dikumpulkan data penting factor resiko potensial

  • tidak banyak menimbulkan masalah etik

b. Kelemahan

  • tidak dapat menguji hipotesis etiologic

  • tidak dapat membuat kesimpulan hubungan kausalitas anatara pemaparan dan out come


INDIKATOR

Biasanya mencakup factor-faktor sosio-demografi seperti: umur, gender, ras, status, pekerjaan, dan perilaku kesehtan yang berkaitan dengan kesehtan lingkungan.


CIRI EPIDEMOLOGI DESKRIPTIF

a. Studi Kasus

  1. satu kasus diteliti oleh beberapa orang untuk mendapatkan karakterisktik kasus

  2. biasanya dilakukan terhadap kasus penyakit yang jarang di temukan

  3. hasil yang di harapkan berupa definisi kasus


b.Kasus Seri

  1. sekumpulan kasus sejenis yang didistribusikan berdasarkan variable orang, tempat, dan waktu untuk melihat kecenderungan


c. Studi Korelasi

  1. unit pengamatan adalah populasi

  2. bertujuan untuk meliahat kecenderungan tertentu


d. Cross Sectional

  1. informasi mengenai variable yang dicurigai sebagai factor pemaparan dan out come

  2. jika diketahui dengan jelas mana yang menjadi pemaparan dan out come, serta jelas kaitan hubungan sebab akibatnya.


RUMUSAN HIPOTESIS

Hasil dari suatu studi deskriptif adalah rumusan hipotesis, dimana hipotesis tersebut dapat diperoleh dengan berapa metode, yaitu :

  1. metod of difference ( metode perbedaan )

yaitu adanya suatu factor pada suatu peristiwa dimana pada peristiwa lain factor tersebut tidak muncul

  1. metod of agreement ( metode persamaan )

yaitu : munculnya suatu peristiwa selalu bersamaan dengan munculnya suatu factor

  1. metod of co-joint variation ( metode variasi )

yaitu : perubahan frekuensi suatu peristiwa selalu mengikiti perubahan frekuensi suatu factor

  1. metod of analogy

yaitu persamaan suatu factor dengan factor lain yang sudah diketahui sebagai penyebab penyakit atau sebaliknya


PENYAJIAN DATA

Sebenarnya dalam penyajian data epidemologi berbagai cara dapat di tempuh dimana suatu barisan angka-angka dapat disusun dan dimanipulasikan sedemikain rupa sehingga ada atau tidak adanya perbedaan pada suatu hal yang diamatai dapat terlihat dengan jelas

Pada prisipnya penyajian data ini mempunyai tujuan menyajikan apa yang di peroleh dalam bentuk visualisasi sehingga mudah di pahami, dimengerti dan dianalisa serta ditarik kesimpulan. Tujuan ini dapat tercapai bila penyajian data dibuat sederhana, ringkas dan jelas.


Bentuk-bentuk penyajian data

Pada prinsipnya bentuk-bentuk penyajian data dikelompokkan ada 2 yaitu:

1. Penyajian dalam bentuk teks, tulisan/kalimat. Dan 2. penyajian dalam bentuk angka-angka atau gambar. Bentuk tabel dipilih bila yang ingin dilihat perbandingan variable-variabel di samping memperlihatkan agregat data . bila yang hendak diperlihatkan adalah trend maka pemilihan grafis adalah tepat. Namun harus diingat dalam pembuatan grafis diperlukan data lebih banyak. Selanjutnya bila yang diperlihatkan adalah gambaran perbandingan secara menyeluruh maka penggunaan chart lebih mencapai sasaran.

  1. penyajian data dalam bentuk kalimat/tulisan

penyajian data yang disusun dalam bentuk kalimat untuk mengnungkapkan data secara tertulis. Ucapan-ucapan dalam dialog yang mengungkapkan data juga termasuk dalam kategori ini.

  1. penyajian data dalam bentuk angka dan gambar

    • tabel

    • grafik

    • chart/diagram


1. TABEL

Yaitu: sutau kumpulan data yang disusun dalam kolom dan baris. Tabel yang dikenal dengan nama “statistikcal table “ merupakan cara sederhana yang banyak digunakan pada penyajian data dalam bentuk yang mudah dipahami.

Suatu tabel yang baik adalah tabel yang menggambarkan kesatuan, sebagai suatu cerita lengkap yang berhubungan dengan sekumpulan data. Dengan kata lain tujuan tabel adalah memperlihatkan frekuensi kejadian kategori yang berbeda.

Bagian-bagian dari tabel

  1. nomor tabel

  2. judul tabel yang menerangkan siapa

  3. tabel kolom

  4. tabel baris

  5. badan data

  6. total

  7. catatan kaki

pada dasarnya ada dua jenis tabel, yaitu: tabel biasa dan tabel distribusi frekuensi

a. tabel biasa

digunakan untuk bermacam keperluan guna menginformasikan data dari hasil penelitian atau penyelidikan.


Tabel penderita demam berdarah, kecamatan cakung Jakarta. 1987

No

Nama

Umur

Jenis kelamin

Pendidikan

Dsb

1

Sarif

10

Kali-laki

SD


2

Yani

15

Perempuan

SMP


3

Dinda

14

Perempuan

SMP


Dst







b. Tabel distribusi frekuensi

adalah penyusunan suatu data mulai dari terkecil sampai terbesar yang membagi banyaknya data kedalam beberapa kelas.kegunaan data yang masuk adalah untuk memudahkan dalam penyajian data, mudah dibaca, dan mudah dipahami sebagai bahan informasi.


Table.

JUMLAH PENDERITA BARU TBC MENURUT GOLONGAN UMUR DI INDONESIA TAHUN 1973

Golongan umur

Julah kasus

0-4

1.242

5-14

1.081

15-24

2.842

25-44

8.153

45-64

10.916

65 <

7.124

Total

30.998




2. Grafik

suatu metode untuk menyajikan data kuantitatif dengan menggunakan system koordinat (x dan y). ada juga yang mengidentifikasikan sebagai lukisan pasang surutya suatau keasaan dengan garis atau gambar.


Macam-macam grafik

Apabila data yang disusun rapi berbentuk distribusi frekuensi dapat di gambarkan dengan cara membuat grafik. Dari bermacam-macam bentuk grafik yang paling sering di gunakan yaitu: histogram dan polygon frekuensi


a. Histogram

adalah grafik yang menggambarkan distribusi frekuensi dengan bentuk beberapa segi empat kegunaan: untuk mengambarkan kurva epidemic

cara terbaik membuat histogram dengan menggunakan kelas interval yang sama, bila menggunakan kelas interval yang tidak sama harus diingat total area consespt

table

b. Poligon Frekuensi

gunanya: bila ingin menyajikan 2 set lebih data dalam distribusi frekuensi. Di bentuk bedasarkan histogram dengan menghubungkan titik tengah kelas interval pada ketiggian frekuensi distribusinya.


3.chart/diagram

adalah suatu cara penyajian data statistic dengan menggunakan satu koordinat. Gunanya adalah untuk membandingakan besarnya perbedaan beberapa kejadian.


Macam-macam diagram.chart

Diagram batang, (bar chart), diagram garis, dan diagram lingkaran


a. Diagram Batang

digambarkan dalam bentuk balok yang mempunyai kolom lebar dan dipisahkan oleh sauatu jarak. Panjang balok dalah nila proporsi dari frekuensi kejadian

Dapat disajikan dalam posisi vertical atau pun horizontal

Gambar

b. Diagram Garis

gunanya. Menggambarkan perubahan nila dalam satuan waktu. Diagram ini hanya dapat menyajikan data kuantiatif. Angka pada axis dapat dimula dari nol, tapi dapat juga tidak

tabel

c. Diagram Lingkaran ( pie chart )

adalah bentuk penyajian berupa berupa circle yang dibagi - bagi berdasarkan proprsi kejadian terhadap keseluruhan. Digunakan untuk penyajian data berbentuk kategori yang dinyatakan dalam persentase

Table

EPIDEMOLOGI ANALITIK

Pengertian

Adalah suatu study yang bertujuan untuk menguji hubungan sebab akibat dari suatu hipotesis

.

DESAIN STUDY ANALITIK

Ada dua jenis desain studi analitik yaitu : desain eksspresimental dan desain observasional yang masing-masing mempunyai cirri khas, dan desain –desain lain yang lebih kecil di bawahnya.


KOHORT

Adalah rancangan penelitian yang mempelajari hubungan anatara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan antara kelompok dengan paparan factor resiko dan kelompok tanpa paparan factor resiko berdasarkan status penyakit.




1. Ciri-ciri

penelitian ini merupakan penelitian longitudinal yaitu:

  1. dimulai dari status keretpaparan

  2. arahnya selalu maju ( prospektif )

artinya, penelitian dimulai dengan mengindentifikasikan status paparan factor resiko. Pada saat mengidentifikasikan status paparan factor resiko, semua subjek penelitian harus bebas dari penyakit yang diteliti. Setelah itu subjek – subjek dengan maupun tanpa pemaparan factor resiko didikuti terus secara prospektif sampai timbulnya efek ( penyakit tertentu )

secara skematis, rancangan penelitian kohort dapat di gambarkan sebagai berikut:







gambar

perjalanan waktu

arah penyusulan data


Penyakit ( + )

FR ( + )



Penyakit ( - )


Subyek

Anggota populasi sehat


POPULASI



Penyakit ( + )



FR ( - )


Penyakit ( - )






2. Populasi

  1. relatif harus stabil

  2. mudah diamati dan terjangkau

  3. memiliki derajat keterpaparan yang cukup tinggi

  4. tidak sedang menderita penyakit yang diamati



3.Kelompok Pembanding

  1. penduduk dari kelompok kohort yang sama

  2. populasi umum dan populasi kohort

  3. populasi lain yang memiliki kedaan hamper sama, kecuali factor pemapar.


4. Kelebihan

  1. mendapatkan insiden risk dan relative risk secara langsung

  2. dapat melihat hubungan satu penyebab terhadap beberapa akibat

  3. dapat mengikuti secara langsung kelompok yang di pelajari

  4. dapat menentukan mana yang lebih dulu causa atau efek

  5. biasnya lebih kecil


5. Kekurangan

  1. membutuhkan biaya yang relative mahal

  2. lama dalam persiapan dan hasil yang di peroleh

  3. hanya bias mengamati satu factor penyebab

  4. kurang bagus untukpenyakit yang jarang


6. Ukuran / analisa yang di peroleh

a. insiden risk ( IR )

b relative risk ( RR ) = IR kelompok terpapar = a/a + b


IR kelompok tidak terpapar c/c + d


c. attribute risk = IR kelompok terpapar – Ir kelompok tidak terpapar


7. Interpretasi

a. RR = 1, resiko kelompok terapapar sama dengan kelompok tidak terpapar

b. RR > 1, terpapar menyebabkan sakit

c. RR <>


contoh soal:


Ya

Tidak

Ya

40

20

Tidak

10

50


1.IR kelompok terpapar : a = 40 = 2 = 0.67

a + b 40 + 20 3


2.IR kelompok tidak terpapar : c = 10 = 1 = 0.167

c + d 10 + 50 6


3.Relatif Risk ( RR ) : 2/3 = 4

1/6


4.interpretasi terpapar 4 kali menyebabkan sakit

KASUS KONTROL

Penelitian kasus control merupakan penelitian epidemologi longitudinal retrospektif. Penelitian ini berusaaha untuk mendapatkan adanya hubungan sebab akibat anatara 2 variable dalam penelitian.

1. Ciri-ciri

pada penelitian ini hubunngan 2 variabel di pelajari dengan pendekatan secara restropektif artinya:

  1. dimulai dari status outcome ( akibat/efek/kondisi di identifikassikan terlebih dahulu ) baru kemudian sebab

  2. sehingga arahnya selalu mundur.


Gambaran

Perjalanan waktu

Arah penyusunan data



FR (+)

Kasus (subjek dengan kondisi penyakit tertentu




FR (-)



POPULASI




FR (+)


Control

(subyek tanpa kondisi penyakit tertentu )



FR (-)




2. Kelompok Control

  1. harus dapat menggambarkan asal dari status

  2. dapat terjadi bias seleksi


3. Kelebihan

  1. relatif lebih murah dan cepat memperoleh hasil dan cepat dalam persiapan survey

  2. baik dilaksanakan untuk survey penyakit yang jarang atau masa latenya panjang

  3. dapat melihat hubungan beberapa penyebab terhadap satu akibat


4. Kekurangan

  1. sulit untuk menentukan kelompok control yang tepat

  2. karena waktu proses sudah berlalu, maka sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, adanya pengaruh factor luar dan tidak dapat diketahui lebih mendalam mekanisme hubungan sebab akibat

  3. tidak dapat menentukan relative risk secara langsung

  4. sulit untuk menentukan apakah “ causa “ mendahului “ effect “


5. Ukuran / analisis yang diperoleh

Odds Ratio, yang merupakan estimasi relative risk


6. Interpretasi

  1. OR = 1, resiko kelompok yang terpapar sama dengan kelopok yang tidak terpapar

  2. OR > 1, terpapar menyebabkan sakit

  3. OR <>

contoh soal



Ya

Tidak

Ya

40

20

Tidak

10

50


1. OR = a x d = 40 x 50 =10

b x c = 20 x 10


2.interprestasi : terapapar 10 kali menyebabkan sakit



CROSS SECTIONAL / POTONG LINTANG

Merupakan desain penelitian yang mempelajari hubugan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada populasi tunggal, pada suatu waktu atau periode


1. Ciri-ciri

  1. pengamatan paparan dan outcome serentak

  2. populasi tunggal

penelitian ini mengukur prevalensi keluaran status kesehatan dan determinan atau keduanya dalam populasi pada satu titik waktu atau periode waktu yang singkat

sehingga peneliti akan memotret frekueni dan karater penyakit serta paparan factor penelitian pada suatu populasi dan pada suatu saat tertentu.

Diagram

Populasi / sample penelitian




Exporsure

( + )

Exposure

( - )







Out come

( - )

Outcome

( + )

Out come

( + )

Out come

( - )





2. Tujuan

adalah untuk memperoleh gambran pola penyakit dan determinan-determinan pada populasi sasarn


3. Kelebihan

adalah penyelsaian pengumpulan data yang cepat dan efisien


4. Kekurangan

penalaran hubungan sebab-akibat sulit diajukan sehingga kesimpulan korelasi factor resiko dengan penyakit lemah




D.STRATEGI PEMEILIHAN DESAIN EPIDEMOLOGI OBESERVASIONAL


Pemilihan desain epidemologi sangat di tentukan oleh banyak hal. Berikut desain epidemologih

Table perbandingan atribut pada desain epidemiologic observasional analitik

Dasar penelitian

Jenis desai epidemilogik

Cross sectional

Kausus control

Kohort

Klasifikasi populasi

Populasi yang :

1.tanpa paparan dan tanpa penyakit

2.tanpa paparan dengan penyakit

3.dengan paparn dan penyakit

4.dengan paparn dan tanpa penyakit

Kasus-kasus dengan kondisi tanpa cirri-ciri khas danpopulasi control

Populasi yang bebas dari kondisi penyakit

Alur waktu penelitian

Satu periode

Retrospektif

Prospektif

Hasil perbandingan

Pervalensi penyakit pada populasi dengan factor resiko dan pada populasi yang tanpa factor resiko

Prevalensi paparan factor resiko antara kelompok kasus dan kelompok control

Insiden penyakit pada kelompok yang terapapar factor resiko dan kelompok yang tidak terpapar

Pengukuran resiko

Rasio prevalensi

OR

Resiko attribute

Kekuatan hubungan sebab akibat

paling lemah

Cukup kuat hanya masih perlu analisa lebih cermat dan mendalam

Paling baik


Ada beberapa dasar yang perlu di perhatikan sebelum menenttukan pilihan dasar yang tepat. Dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut


Table dasar pemilihan desain epidemiologic observasional

Dasar penelitian

Jenis desai epidemilogik

Cross sectional

Kausus control

Kohort

Penyakit langka

Tidak cocok

Paling baik

Tidak praktis ( memerlukan waktu dan tenaga banyak )

Untuk menunjukkan factor resiko yang tepat

Hanya mampu memberikan dugaan

Hanya memungkinkan untuk membuat pemikiran

Paling baik

Waktu dan uang

Di antara kasus control dan kohort

Paling sedikit

Paling baik





Selain beberapa dasar di atas, berikut merupakan kelebihan dan kekurangan berbagai desain epidemologik yang bias sebagai bahan pertimbangan


Table kelebihan dan kekurangan desain epidemiologic observasional analitik


atribut

Jenis desain epidemologik

Cross sectional

Kasus control

Kohort

Kemungkinan terjadinya selection bias

Sedang

Tinggi

Paling rendah

Kemungkiinan terjadinya recall bias

Tinggi

Tinggi

Paling rendah

Kemungkinan subjek penelitian tidak dapat diikuti sampai penelitian selesai

Sangat rendah

Rendah

Tinggi

Kemungkinan adanya factor pengganggu

Sedang

Sedang

Paling rendah



Table dasar desain penelitian dan tujuan penelitian

Tujuan penelitian

Desain penelitian

Memunculkan hipotesis etiologi baru mengenai dterminan lingkunagn terhadap penyakit tertentu

Kasus control

Memunculkan hipotesis etiologi baru efek kesehatan dari factor tertentu

Kohort retrospektif

Identifikasi determinan lingkungan pada penyakit tertentu dan jarang, dengan periode laten yang lama

Kohort retrospektif, kausus control

Mengukur kebutuhan kesehatan terhadap servis, fasilitas dan program pada populasi target

Cross sectional


E. AKURASI STUDI EPIDEMOLOGIK

Akurasi studi epidemologik di pengaruhi oleh 2 hal yaitu:

1. Validasi / ketetapan

suatu ukuran untuk menyatakan keabsahan penelitian. Ketidakvalitan penelitian dapat di sebabkan oleh bias / kesalahan yang sifatnya sistematik, yaitu: adanya confounding factor, misklasifikasi dan kesalahan seleksi.

2. Reliabilitas / presisi / ketetapan

yaitu : reprodusibilitas hasil penelitian atau tingkat kesamaan hasil penelitian jika penleitian tersebut di ulang-ulang. Ketidak rreliabelan suatu penelitian dapat di sebabkan oleh bias / kesalahan yang bersifat random
























Tambahan


Di dalam epidemologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode yaitu :

Epidemologi Deskriptif

didalam epidemologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variable-variabel epidemologi yang terdiri dari orang, tempat dan waktu

1.1 Orang

disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas social, pekerjaan golongan etnik, statis

1.1.1 Umur

umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidiakn epidemologi. Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat.pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat di kala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka.

Pembagian-pembagian umur menurut WHO

a. Menurut tingkat kedewasaan

  • 0-14 tathun : bayi dan anak

  • 15-49 tahun : orang muda dan dewasa

b. Interval 5 tahun

kurang 1 tahun

  • 1-4 tahun

  • 5-9 tahun

  • 10-14 tahun dan sebagainya

c. Untuk mempelajari penyakit anak

  • 0-4 bulan

  • 5-10 bulan

  • 11-23 bulan

  • 2-4 bulan

  • 5-9 ttahun

  • 10-14 tahun

1.1.2 Jenis kelamin

angka-angka dari luar negeri menunjukan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini dapat di sebabkan oleh factor-faktor intrinsic

yang pertama factor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua oleh karena factor lingkungan. Di Indonesia keadaan itu belum di ketahui.


1.1.3 Kelas social

adalah variable yang sering pula dilihat hubunganya dengan angka kematian dan kesakitan, variable ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.karena hal-hal ini dapat mempengaruhi bebagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan dan kematian antara berbagai kelas social


1.1.4 Jenis pekerjaan

jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni

  1. adanya factor lingkungan yang dapat menimbulkan kesakitan

seperti : bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya

  1. situasi pekerjaan yang penuh dengan stress

  2. ada tidaknya “ gerak badan “ di dalam pekerjaan

  3. penyakit karena cacing tambang telah lama di ketahui terkait dengan pekerjaan di tambang

jenis pekerjaan apa saja yang hendak di pelajari hubunganyadengan suatu penykit dapat pula memperhitungkan pengaruh vareiabel umur dan jenis kelamin


1.1.5 Penghasilan

ialah menilai hubungan antar penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan .



1.1.6 Golongan etnik

didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaklah diingat kedua golongan itu harus di standarisasikan menurut susunan umur, dan jenis kelamin.

Penelitian pada goloangan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit.


1.1.7 Status perkawinan

dari penelitian yang telah di tujukan bahwa terdapat hubungan antara kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai, dan janda. Angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu


1.2 Tempat

pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit, perbandingan dari suatu penyakit untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologic penyakit

perbandingan pola penyakit sering dilakukan anatar :

  1. batas daerah pemerintah

  2. kota dan pedesaan

  3. daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam

  4. negara-negara

  5. regional

untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologic penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam yang lebih berguna dari pada batas-batas administrasi pemerintahan

pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat di gambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wilayah mengenai kaum migrant. Di dalam memperbandingkan angka kesakitan aatau angka kematian antar daerah perlu di perhatikan terlebih dahulu di tiap tiap daerah

  1. susunan umur

  2. susunan kelamin

  3. kualitas data

  4. derajat representative

banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu, miaslnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di amerika latin.penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyeba penyakit. Daerah dimna vector dan persyaratan iklim di temukan tetapi tidak ada sumber infeksidisebut “ receptive area “


1.3 Waktu

mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis epidemologis, oleh karena perubahan – perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan factor-faktor etiologis, debedakan menjadi 2 yaitu :

  1. fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa hari, beberapa jam, minggu dan bulan

  2. perubahan perubahan secara sikuls dimana perubahan – perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang.

  3. perubahan–perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun yang di sebut : “ secular trends “



Add to Technorati Favorites
Search Engine Optimisation
Search Engine Optimisation
Free Shoutbox Technology Pioneer The current mood of nugroho_hari2003 at www.imood.com