informasi -kesehatan40

Rabu, 21 Mei 2008

Atrium Septal Defek (ASD)


Pengertian

Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.

Atrial Septal Defect adalah kondisi yang merupakan akibat kelainan anatomi pada daerah atrium.

Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger.

Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu

  1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral.

  2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.

  3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan.


Patofisiologi

Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang.

Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.


Etiologi

Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.

Faktor-faktor tersebut diantaranya :

1. Faktor Prenatal

  • Ibu menderita infeksi Rubella

  • Ibu alkoholisme

  • Umur ibu lebih dari 40 tahun

  • Ibu menderita IDDM

  • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu

2. Faktor genetik

  • Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

  • Ayah atau ibu menderita PJB

  • Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down

  • Lahir dengan kelainan bawaan lain


Manifestasi

1. Bising sistolik tipe ejeksi di daerah sela iga dua/tiga pinggir sternum kiri.

2. Dyspnea

3. Aritmia


Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

  1. Foto thorax

  2. EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH

  3. Echo

  4. Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan.

  5. TEE (Trans Esophageal Echocardiography)


Komplikasi

  1. Gagal Jantung

  2. Penyakit pembuluh darah paru

  3. Endokarditis

  4. Aritmia


Terapi medis/pemeriksaan penunjang

  1. Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.

  2. Amplazer Septal Ocluder

  3. Sadap jantung (bila diperlukan).


Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

  • Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.

  • Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.

  • Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:

    • Inspeksi :

  • Status nutrisi Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.

  • Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.

  • Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.

  • Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.

  • Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi).

  • Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital.

  • Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.

    • Palpasi dan perkusi :

  • Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi)

  • Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.

  • Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.

    • Auskultasi

  • Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.

  • Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.

  • Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.

  • Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah)

  • Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung.


Rencana asuhan keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.

Tujuan :

  • Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung.

Kriteria hasil :

  1. Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.

  2. Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia )

Intervensi keperawatan/rasional

  1. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.

  2. Beri obat penurun afterload sesuai program

  3. Beri diuretik sesuai program


2. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen

Tujuan :

  • Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.

Kriteria hasil :

  1. Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.

  2. Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.

Intervensi keperawatan/rasional

  1. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.

  2. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.

  3. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.

  4. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.

  5. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.

  6. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.


3. Diagnosa keperawatan : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.

Tujuan :

  • Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.

  • Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia

Kriteria hasil :

  1. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.

  2. Anak melakukan aktivitas sesuai usia

  3. Anak tidak mengalami isolasi sosial

Intervensi Keperawatan/rasional

  1. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.

  2. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.

  3. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.

  4. Dorong aktivitas yang sesuai usia.

  5. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.

  6. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.


4. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.

Tujuan :

  • Klien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi

Kriteria hasil :

  1. Anak bebas dari infeksi.

Intervensi Keperawatan/rasional

  1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi

  2. Beri istirahat yang adekuat

  3. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.


5. Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD)

Tujuan :

  • Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas

  • Klien menunjukkan perilaku koping yang positif

Kriteria hasil :

  1. Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya

  2. Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif

Intervensi Keperawatan/rasional :

  1. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.

  2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.

  3. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.

  4. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.

Evaluasi

Proses : langsung setalah setiap tindakan

Hasil : tujuan yang diharapkan

  1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia

  2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia

  3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah

Senin, 19 Mei 2008

BATU URETER

BATU URETER

LATAR BELAKANG: Batu ureter umumnya terbentuk di dlm sistem kalik ginjal yg turun ke ureter। Tdpt 3 penyempitan sedpanjang ureter yg biasanya menjadi tempat berhentinya batu: 1। ureteropelvic junction (UPJ), 2। persilangan dengan A/V iliaca dan 3। muara ureter di bulu (ureterovesical junction)। Komposisi batu ureter sama dg komposisi BSK pada umumnya। Beberapa faktor yg berpengaruh dalam penanganan batu ureter antara lain: letak batu, ukuran batu, adanya komplikasi (obstruksi, infeksi, gangguan fungsi ginjal)।
Dulu sebelum alat2 minimal invasif berkembang unt penanganan batu ureter maka ureter bibagi 3 bag yaitu: ureter proximal dari UPJ sampai bag atas sakrum, ureter tengah dari bag atas sakum sampai pelvic brim dan ureter bwh dari pelvic brim sampai muara ureter.
Dengan berkembangnya terapi minimal invasif maka saat inin unt keperluan alternatif terapi maka dibagi 2 saja yaitu ureter proximal y.i. di atas pelvic brim dan ureter distal di bwh pelvic brim. Batu ukuran < 4 mm biasanya cukup kecil unt keluar spontan. Batu dengan komposisi tertentu mempunyai derajad kekerasan tertentu pula shg menentukan alternatif terapi yg akan diterapkan. Batu Ca oxalat monohidrat dan batu cystin adalah batu yg keras, sedang batu Ca oxalat dihidrat adalah batu yg rapuh dan mudah pecah.
Komplikasi infeksi dan obstruksi menjadi pertimbangan dlm penanganan batu ureter, baik pertimbangan waktu maupun jenis tindakan yg akan dikerjakan.

Secara garis besar terdpt bbrp cara penanganan batu ureter yaitu: observasi, SWL, URS, PNL, dan bedah terbuka. Tindakan yg jarang dilakukan: lapartoskopi dan blind basketing.
Terapi konservatif: ukuran batu < 5 mm, keluhan ringan, tidak ada obstruksi dan infeksi. Dilakukan dengan; 1. minum dengan diuresis 2 lt/hr. 2. alpha blocker. 3. NSAID. Batas lama terapi 6 minggu. Kondisi lain yg tidak boleh dilakukan terapi konservatif adalah: ginjal tunggal, transplan, fungsi menurun.

Shock wave lithotripsy (SWL) :
> banyak digunakan
> prinsip ; memecah batu dg gelombang kejut shg
tjd serpihan batu kecil2 shg mudah dikeluarkan.
> komplikasi hampir tidak didtkan.
> keterbatasan alat: pada batu yg kertas perlu pe
nganan berulang, kesulitan pada pasen gemuk
> perlu dipertimbangkan pemakaian pada wanita mu
da dan anak2.
  • Ureteroskopi : dikembangkan sejak th 1980 . Batu ureter dpt langsung diekstraksi dg tuntunan URS. Keterbatasannya tdk bisa untuk batu yg besar.
  • Percutaneus lithotripsy (PNL). Prinsip kerja: membuat akses ke calic atau pyelum scr percutan. Dari akses tsb dimasukkan nefroskop. Batu diambil scr utuh atau dipecah dl.
  • Bedah terbuka: di rs besar cara ini sudah jarang dilakukan. Biasanya dilakukan pada kelainan anatomi atau pada ukuran batu yag besar.
  • Pemasangan stenting : bukan pilihan terapi utama, penting sbg tindakan tambahan pd terapi batu ureter pd pasen sepsis.


Add to Technorati Favorites
Search Engine Optimisation
Search Engine Optimisation
Free Shoutbox Technology Pioneer The current mood of nugroho_hari2003 at www.imood.com