informasi -kesehatan40

Rabu, 25 Juli 2007

SUNTIKAAN

PEMBERIAN OBAT INTRAVENA

Salah satu cara pemberian obat yang biasa digunakan dalam kesehatan adalah pemberian obat intravena atau injeksi intravena. Injeksi intravena adalah pemberian bat dengan cara memasukan obat kedalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Injeksi intravena banyak dilakukan untuk mengatasi keadaan gawat,dehidrasi dan syok.

Tujuan injeksi intravena antara lain:
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi parental yang lain.
b. Untuk menghindari kerusakan jaringan.
c. Untuk memasukan obat dalam volume yang lebih besar.

Pemberian obat dengan injeksi intravena memberikan reaksi tercepat yaitu ±18 detik karena obat yang dimasukan melalui satu pembuluh darah langsung bereaksi menuju sel dan jaringan,sehingga efeknya lebih pesat dan kuat. Tetapi injeksi intravena dapat memberikan resiko,benda asing langsung ke pembuluh darah yang menimbulkan reaksi hebat mengakibatkan tekanan darah menurun mendadak hingga terjadi syok.


A. TEMPAT INJEKSI

Dalam pemberian injeksi intravena harus memperhatikan beberpa hal. Salah satunya yaitu tempat injeksi. Dibawah ini beberapa bagian tubuh yang biasa di berikan injeksi intravena:

1. Pada lengan
Ø Vena basalika
Dimulai dari bagian ulnar jaringan vena dorsalis. Meluas kepermukaan anterior lengan cepat dibawah siku dimana bertemu vena mediana kubiti.
Ø Vena sefalika
Berasal dari bagian radial lengan. Sefalika aksesorius dimulai pada pleksus
Vena jugularisdibelakang lengan depan atau jaringan vena dorsalis.

2. Pada Tungkal
Ø Vena sapheneous
Merupakan vena yang panjang dan terbesar,dimulai disebelah dorsum kaki vena plantaris digitis dan menerima cabang-cabang vena.





3. Pada leher
Ø Vena jugularis
Vena jugularis bermuara pada venakava superior. Vena jugularis interna dekstra atau sinistra menerima darah dari dasar otak. Sedangkan vena jugularis eksterna dekstra atau sinistra menerima darah dari daerah kepala bermuara pada vena inominata.

4. Pada kepala
Pemberian Injeksi pada kepala harus digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan dokter,Injeksi ini sering dipilih untuk diberikan pada bayi vena yang biasa digunakan adalah:
Ø Vena frontalis
Ø Vena temporalis

DEMAM BERDARAH

pada air saja. Larutan rehidrasi oral, seperti yang digunakan untuk pengobatan penyakit diare, dianjurkan.
Selama fase demam akut terdapat risiko kejang. Anti-piretik dapat diberikan pada pasien dengan hiperpireksia, terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat kejang demam. Salisilat harus dihindari karena dapat menyebabkan perdarahan dan asidosis, atau mencetuskan sindrom Reye atau seperti-Reye. Parasetamol lebih dipilih untuk menurunkan demam tetapi harus digunakan dengan kewaspadaan, dengan dosis berikut:
< 1 tahun 60 mg/dosis 1-3 tahun 60-120 mg/dosis 3-6 tahun 120 mg/dosis 6-12 tahun 240 mg/dosis
Dosis harus diberikan bila suhu tubuh lebih tinggi dari 39°C, tetapi tidak lebih dari 6 dosis harus diberikan dalam periode 24 jam.
Pasien harus diobservasi dengan ketat terhadap tanda-tanda syok. Periode kritis adalah transisi dari demam ke fase tidak demam, dimana biasanya terjadi setelah hari ketiga.
' Bila lanitan rehidrasi oral akan diberikan untuk anak-anak dibawah 2 tahun, tambahanjus buah atau air harus diberikan dalam proporsi salu volume tambahan untuk setiap dua volume larutan rehidrasi oral. Larutan rehidrasi oral terdiri alas berikut ini, dilarutkan dalam 1 liter air minum:
  • 3,5 g 2.9 g
  • 1.5 g 20,0 g
Natrium klorida \ Trisodium sistrat dihidrat
atau 2.5 natrium bikarbonat Kalium klorida Glukosa
Ada baiknya memberikan larutan rehidrasi oral dalam jumlah sedikit pada frekuensi tetap (satu sendok teh penuh setiap 1 -2 menit).
Bab 3: Pengobatan

Penentuan hematokrit adalah pedoman penting untuk terapi pada tahap ini, karena pemeriksaan ini secara tidak langsung menunjukkan derajat rembesan plasma dan menunjukkan kebutuhan terhadap cairan intravena. Peningkatan hematokrit harus didahului dengan perubahan tekanan darah dan nadi. Hematokrit harus ditentukan setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai demam pasien berkurang selama 1 atau 2 hari. Jika pengukuran hematokrit tidak memungkinkan untuk di-lakukan, mungkin dapat digunakan penghitungan hemoglobin, meski penghitungan ini kurang sensitif.
Terapi cairan parenteral dapat diberikan di unit rehidrasi pasien rawat jalan untuk pasien yang demam, muhtah, atau anoreksianya menimbulkan dehidrasi. Cairan yang digunakan untuk mengatasi dehidrasi dipilih sesuai dengan sifat kehilang-an cairan. Dalam kasus dehidrasi isotonik, harus digunakan glukosa 5% (50 g/1) dilarutkan 1:2 atau 1:1 dalam salin fisio-logis (normal). Larutan mengandung bikarbonat tidak boleh digunakan untuk penatalaksanaan awal dehidrasi intravena dalam DHF, dan harus dicadangkan untuk kasus dimana terjadi kehilangan cairan menetap karena diare. Perlunya penggantian volume cairan ekuivalen dengan jumlah kehilangan cairan dan elektrolit: jadi, 10 ml/kg harus diberikan untuk setiap 1% penurunan berat badan normal. Kebutuhan cairan rumatan, di-hitung berdasarkan formula Halliday & Segar (Tabel 3.1), harus ditambahkan ke dalam penggantian volume cairan. Karena frekuensi rembesan plasma tidak konstan (lebih cepat bila suhu tubuh turun), maka volume dan kecepatan terapi cair­an intravena harus disesuaikan menurut kecepatan dan volume kehilangan plasma. Kehilangan plasma dapat dipantau dengan perubahan hematokrit, tanda-tanda vital, atau volume haluaran urine. Namun, meskipun ada kehilangan plasma masif, peng­gantian cairan secara bijaksana perlu untuk menghindari hidrasi berlebihan.
36
37

Jumat, 20 Juli 2007

KONSTIPASI

FISIOLOGI KOLON

Makanan biasa memerlukan waktu 2-5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke yang lainnya. 2-6 jam di lambung, 6-8 jam di usus halus, dan sisa waktunya di usus besar.


KOMPOSISI FESES

KOMPONEN

PRESENTASE DARI BERAT TOTAL %

Air

75

Bahan padat

25


Presentase bahan padat total

Selulosa dan serat tidak tercerna lainnya

Veriable

Bakteri

30

Bahan organik (sebagian besar kalsium dan fosfat)

15

Lemak dan turunan lemak

5


Juga sel-sel mukosa yang mengalami deskuamaci, mukus dan sejumlah kecil enzim pencernaan


FLATUS

Gas-gas dapat masuk ke saluran pencernaan dari 3 sumber:

  1. Udara yang tertelan

  2. Gas-gas yang di bentuk sebagai akibat kerja bakteri

  3. Gas-gas yang berdifusi dari darah masuk saluran pencernaan


Sebagian besar gas dalam lambung adalah nitrogen dan O2 yang berasal dari udara yang tertelan dan sebagian besar gas-gas tersebut dikeluarkan dengan bertahap.hanya sebagian kecil gas-gas ini biasanya terdapat dalam usus halusdan pada dasarnya terdiri dari udara yang masuk dari lambung ke usus.

Dalam usus besar lebih banyak gas-gas berasala dari kerja bakteri, gas ini meliputi: CO2, metana, dan hidrogen. Bila metana dan hidrogen yang sesuai bercampur bersama O2 dari udara yang di telan kadang-kadang terbentuk campuran yang sebenarnya eksplosit.

Makanan yang diketahui menyebabkan flatus yang lebih banyak dari usus besar di bandingkan makanan lain (kacang, kol, bawang, kembang kol, jagung, dan makanan pengiritasi T3 seperti cuka). Sebagian makanan tersebut, misalnya kacang, merupakan medium yang cocok untuk bakteri pembentuk gas, khususnya. Karena dia mengandung jenis karbohidrat yang dapat kurang di serap


SUBSTANSI YANG BERPERAN DALAM KOLON

mukus, kalium bikarbonat, dan enzim


GERAKAN PENCAMPURAN PADA KOLON

  • Pergerakan segmentasi seperti usus halus

  • Kontraksi gabungan otot polos sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol ke luar seperti kantung yang disebut: haustrasi

  • Kontraksinya lamban sehingga feses dalam usus besar diaduk dan diputar dengan lamban, pergerakanya mirip orang menyekop tanah


PERGERAKAN KOLON

fungsi kolon:

  • Mengasorbsi air dan elektrolit dari kimus hingga tersisa 80-150 cc

  • Menyimpan feses sampai dapat keluar

  • Setengah proksimal kolon untuk absorbsi

  • Setengah distal : penyimpanan

  • Pergerakan yang kuat untuk fungsi-fungsi tersebut tidak di perlukan sehingga pergerakan pada keadaan normal lamban


Pergerakan pendorong {mass movement}

  • Gel peristaltik yang sejenis dengan usus halus tidak terdapat pada kolon

  • sebagai gantinya: gerakan: mass movement; gerakan yang mendorong feses ke arah anus

  • gerakan hanya beberapa kali sehari

  • rangkain peristiwa mass movememnt


RANGKAIAN PERISTIWA MASS MOVEMENT

Pertama kontraksi terjadi pada kolon yang teregang/iritasi....... waktu 30 dtk

segera setelah itu 20 cm dari bagian distal kolon yang berkontraksi, berkontraksi hampir sebagai satu kesatuan mendorong feses pada segmen ini secara keseluruhan menuruni kolon

bila mass movement mendorong feses ke rektum maka timbul keinginan untuk defekasi




  1. jelaskan pengaruh psikososial/stress terhadap fungsi usus besar?


JAWAB:

FAKTOR PSIKOLOGIS

Hampir semua faktor sistem tubuh dipengaruhi oleh stress dan emosi. Jika individu itu cemas, takut atau merah, respon stress diasoasikan rangsangan dari bagian parasimpatik dari sistem saraf otonom. Respon ini mengizinkan tubuh untuk mempertahankanya. Proses pencernaan dipercepat dan peristaltik ditingkatkan untuk menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertahanan. Efek samping dari peningkatan peristaltik adalah diare dan mengeluarkan gas. Jika seseorang depresi, maka sistem saraf otonom menurunkan implus, dan peristaltik dapat berkurang. Jumlah dari penyakit saluran G1 diassosiasikan dengan stress. Ini termasuk radang usus besar, borok lambung, dan penyakit kronis.

Bila eliminasi anak dapat diganggu oleh cara toilet training, memaksa anak untuk mempelajari toilet training sebelum sistem saraf dan ototnya berkembang adalah sia-sia. Menghukum anak untuk kecelakaan membuat toilet training ini stress



  1. Bagaimana pengaruh makanan dan minuman terhadap proses pembentukan feses dan defekasi?


JAWAB:

DIET

Diet atau pola atau jenis makanan yang di konsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat mempengaruhinya


ASUPAN CAIRAN

Pemasukan cairan yang kurang dalam tbuh membuat defekasi menjadi keras oleh karna proses absorspsi kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi



  1. Bagaimana pengaruh aktivitas dan isirahat terhadap fungsi kolon?


JAWAB:

AKTIVITAS

Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu proses kelancaran defekasi



  1. Bagaimana pengaruh obat-obatan terhadap fungsi kolon?


JAWAB:

PENGOBATAN

Pengobatan dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti penggunanan laksansia atau antasida yang terlalau sering



  1. Berapa frekuensi peristaltik normal? Berapa frekuensi defekasi normal? Jelaskan apa yang di maksud dengan konstipasi, obstipasi dan diare?


JAWAB:

Pola defekasi dan keluhan selama defekasi

Pengkajian ini antara lain: Bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi. Secara normal, frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150 gram

Konstipasi

Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga menimbulkan eleminasi yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.

DIARE

Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai dengan kejang usus, mungkin disertai oleh rasa mual dan muntah.



  1. Jelaskan pengkajian untuk eliminasi feses? (meliputi fokus yang di kaji, tahapan pemeriksaan fisik abdomen dll)


JAWAB:

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi

Pengkajian ini antara lain: Bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi. Secara normal, frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150 gram


2. Keadaan feses. Meliputi

No

KEADAAN

NORMAL

ABNORMAL

PENYEBAB

1

WARNA

BAYI: KUNING

Putih, hitam/tar, atau merah

Kurangnya kadar empedu, perdarahan saluran cerna bagian atas, atau perdarahan saluran cerna bagian bawah.



Dewasa: coklat

Pucat berlemak

Mal absorbsi lemak

2

Bau

Khas feses dan dipengaruhi oleh makanan

Amis dan perubahan bau

Darah dan infeksi

3

Konsistensi

Lunak dan berbentuk

Cair

Diare dan absorbsi kurang

4

Bentuk

Sesuai diameter rektum

Kecil, bentuknya seperti pensil

Obstruksi dan peristaltik yang cepat

5

Konstituen

Makanan yang tidak di cerna, bakteri yang mati, lemak, pigmen empedu, mukosa usus, dan air.

Darah, pus, benda asing, mukus, atau cacing.

Internal bleeding, infeksi, tertelan benda, iritasi, atau inflamasi


3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi

Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain perilaku atau kebiasaan defekasi, diet ( makanan yang mempengaruhi defekasi ), makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari dan pola makan yang teratur atau tidak, cairan ( jumlah dan jenis minuman/hari ), aktivitas ( kegiatan sehari-hari ), penggunaan obat, kegiatan yang spesifik, stres, pembedahan/penyakit menetap, dll


4. Pemeriksaan Fisik

Meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, dan tenderness. Kemudian, pemeriksaan rektum dan anus dinilai dari ada atau tidaknya inflamasi, seperti perubahan warna, lesi, dan massa




  1. sebutkan masalah keperawatan yang sering muncul terkait dengan sistem eliminasi alvi, diagnosa keperawatan, intervensi yang terkait


JAWAB:

DAIGNOSIS KEPERAWATAN

a. Konstipasi hubungan dengan:

  • Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera medula spinalis, dan CVA

  • Penurunan respon berdefekasi

  • Nyeri akibat hemoroid

  • Efek samping tindakan pengobatan ( antasida, laksantif, anaestasi )

  • Menurunnya peristaltik akibat stress


b. Konstipasi kolonik berhubungan dengan:

  • Defek persarafan, kelemahan otot dasar pinggul, imobilitas akibat cedera medula spinalis, dan CVA

  • Penurunan laju metabolisme akibat hipertiroidime atau hiperparatiroidsme

  • Efek samping tindakan pengobatan ( antasida, laksantif, anaestasi )

  • Menurunnya peristaltik akibat stress


c. Konstipasi dirasakan berhubungan dengan:

  • Penilaian salah akibat penyimpangan susunan saraf pusat, depresi, kelainan obsesif Kompulsif

  • Kurangnya informasi akibat keyakinan budaya


d. Diare berhubungan dengan:

  • Mal absorpsi atau inflamasi akibat penyakit infeksi atau gastritis, ulkus, dan lain-lain

  • Peningkatan peristaltik akibat peningkatan metabolisme

  • Proses infeksi

  • Efek samping tindakan pengobatan ( antasida atau antibiotik )

  • Stress psikologis


e. Inkontinensia usus berhubungan dengan:

  • Gangguan sfingter rektal akibat cedera rektum atau tindakan pembedahan

  • Kurangnya kontrol pada sfinter akibat cedera medula spinalis, CVA., dll

  • Distensi rektum akibat konstipasi kronis

  • Kerusakan kognitif

  • Ketidakmampuan mengenal atau merespon proses defekasi akibat depresi


f. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan



PERENCANAAN KEPERAWATAN

tujuan:

1. Memahami arti eliminasi secara normal

2. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup

3. Membantu latihan secara teratur

4. Mempertahankan defekasi secara teratur

5. Mempertahankan defekasi secara normal

6. Mencegah ganguan intergerasi kuilt


RENCANA TINDAKAN

1. Kaji perubahan faktor yang mempengaruhi masalah eliminasi alvi

2. Kurangi faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah seperti:

a. Konstipasi secara umum

  • Meningkatkan asupan cairan dengan banyak minum

  • Diet yang seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat

  • Melakukan latihan fisik, misalnya melatih otot perut

  • Anjurkan untuk tidak memaksakan diri dalam buang air besar

  • Berika obat laksantif, misalnya dulkolax

  • Lakukan huknah


b. Konstipasi akibat nyeri

  • Tingkatkan asupan cairan

  • Diet tinggi serat

  • Tingkatkan latihan setiap hari

  • Berikan pelumas disekitar anus untuk mengurangi nyeri

  • Kompres dingin sekitar anus untuk mengurani rasa gatal

  • Rendam duduk atau mandi di bak dengan air hangat ( 43-46 c, selama 15 menit )

  • Berikan pelunak feses

  • Cegah duduk lama apabila hemoroid, dengan cara berdiri tiap 1 jam kurang lebih 5-10 menit untuk menurunkan tekanan


c. Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup

  • Berikan stimulus untuk defekasi, seperti minum kopi atau jus

  • Bantu pasien menggunakan pispot bila memungkinkan

  • Gunakan kamar mandi dari pada pispot bila memungkinkan

  • Ajarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dll

  • Tingkatkan diet tinggi serat seperti buah dan sayuran


d. Inkontinensia usus

  • Pada waktu tertentu, setiap 2/3 jam, letakkan pipot di bawah pasien

  • Berikan latihan buang air besar dan anjurkan pesien untuk selalu berusaha latihan

  • Kalau inkontinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang tahan lembab, supaya pasien dan sprei tidak begitu kotor

  • Pakaiakan laken yang dapat dibuang dan menyenangkan untuk dipakai


3. Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien

4. Pertahankan asupan makanan dan minuman

5. Bantu defekasi manual

6. Bantu latihan buang air besar, dengan cara:

  1. Kaji pola eliminasi normal dan catat waktu ketika inkontinensia terjadi

  2. Pilih waktu defekasi untuk mengukur kontrolnya

  3. Berikan obat pelunak feses (oral) setiap hari

  4. Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah (minuman yang merangsang peristaltik

  5. Bantu pasien ke toilet

  6. Jaga privasi pasien dan batasi waktu defekasi (15-20 menit)

  7. Instruksikan pasien untuk duduk ditoilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus kebawah dan jangan mengedan untuk merangsang pengeluaran feses

  8. Jangan dimarahi ketika pasien tidak mampu defekasi

  9. Anjurkan makan secara teratur dengan asupan air dan serat yang adekuat

  10. Pertahankan latihan secara teratur jika fisik pasien mampu

Rabu, 18 Juli 2007

RETENSI URINE



PENDAHULUAN
Traktus urinarius bagian bawah memiliki dua fungsi utama, yaitu: sebagai tempat untuk menampung produksi urine dan sebagai fungsi ekskresi.
Selama kehamilan, saluran kemih mengalami perubahan morfologi dan fisiologi. Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat kehamilan berlangsung merupakan predisposisi terjadinya retensi urine satu jam pertama sampai beberapa hari post partum. Perubahan ini juga dapat memberikan gejala dan kondisi patologis yang mungkin memberikan dampak pada perkembangan fetus dan ibu. Donald, Saultz
Residu urine setelah berkemih normalnya kurang atau sama dengan 50 ml, jika residu urine ini lebih dari 200 ml dikatakan abnormal dan dapat juga dikatakan retensi urine.Ostergard’s
Insiden terjadinya retensi urine post partum berkisar 1,7% sapai 17,9%. Secara umum penanganannya diawali dengan kateterisasi. Jika residu urine lebih dari 700 ml, antibiotik profilaksis dapat diberikan karena penggunaan kateter dalam jangka panjang dan berulang. Saultz
Retensi urine post partum dapat terjadi pada pasien yang mengalami kelahiran normal sebagai akibat dari peregangan atau trauma dari dasar kandung kemih dengan edema trigonum. Faktor-faktor predisposisi lainnya dari retensio urine meliputi epidural anestesia, pada gangguan sementara kontrol saraf kandung kemih , dan trauma traktus genitalis, khususnya pada hematoma yang besar, dan sectio cesaria.kapita, Saultz

PATOFISIOLOGI
Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik. emed void dis
Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra. emed void dis
Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik. emed void dis
Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor. emed void dis
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal.emed void dis
Retensi postpartum paling sering terjadi. Setelah terjadi kelahiran pervaginam spontan, disfungsi kandung kemih terjadi 9-14 % pasien; setelah kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38 %. Retensi ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphincter dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna yang kemudian menyebabkan nyeri dan edema. Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya setelah sectio cesaria biasanya akibat dari tidak berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor. donal

ETIOLOGI
Berkemih yang normal melibatkan relaksasi uretra yang diikuti dengan kontraksi otot-otot detroser. Pengosongan kandung kemih secara keseluruhan dikontrol didalam pusat miksi yaitu diotak dan sakral. Terjadinya gangguan pengosongan kandung kemih akibat dari adanya gangguan fungsi di susunan saraf pusat dan perifer atau didalam genital dan traktus urinarius bagian bawah.Osterg
Pada wanita, retensi urine merupakan penyebab terbanyak inkontinensia yang berlebihan. Dalam hal ini terdapat penyebab akut dan kronik dari retensi urine. Pada penyebab akut lebih banyak terjadi kerusakan yang permanen khususnya gangguan pada otot detrusor, atau ganglion parasimpatis pada dinding kandung kemih. Pada kasus yang retensi urine kronik, perhatian dikhususkan untuk peningkatan tekanan intravesical yang menyebabkan reflux ureter, penyakit traktus urinarius bagian atas dan penurunan fungsi ginjal.osterg
Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural anestesi, obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik, nyeri insisi episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang mengosongkan kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.osterg

GAMBARAN KLINIS
Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk diantaranya kesulitan buang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih. osterg
Suatu penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalam memprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing yang lemah, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan saat berkemih, dan nokturia.Osterg

DIAGNOSIS
Pada pasien dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, maka anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, pemeriksaan rongga pelvis, pemeriksaan neurologik, jumlah urine yang dikeluarkan spontan dalam 24 jam, pemeriksaan urinalisis dan kultur urine, pengukuran volume residu urine, sangat dibutuhkan.Osterg
Fungsi berkemih juga harus diperiksa, dalam hal ini dapat digunakan uroflowmetry, pemeriksaan tekanan saat berkemih, atau dengan voiding cystourethrography.Osterg
Dikatakan normal jika volume residu urine adalah kurang atau sama dengan 50ml, sehingga jika volume residu urine lebih dari 200ml dapat dikatakan abnormal dan biasa disebut retensi urine. Namun volume residu urine antara 50-200ml menjadi pertanyaan, sehingga telah disepakati bahwa volume residu urine normal adalah 25% dari total volume vesika urinaria.Osterg

PENATALAKSANAAN
Ketika kandung kemih menjadi sangat menggembung diperlukan kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan sensasi.kapita
Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 4 jam. Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urine minimal. Bila kandung kemih mengandung lebih dari 100 ml urine, drainase kandung kemih dilanjutkan lagi.kapita

KOMPLIKASI
Karena terjadinya retensi urine yang berkepanjangan, maka kemampuan elastisitas vesica urinaria menurun, dan terjadi peningkatan tekanan intra vesika yang menyebabkan terjadinya reflux, sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan USG pada ginjal dan ureter atau dapat juga dilakukan foto BNO-IVP.oestrgrd

KESIMPULAN
Wanita dengan inkontinensia dan gejala gangguan kandung kemih yang lain meningkatkan resiko terjadinya kesulitan berkemih dan dan retensi. Akibat dari retensi adalah timbulnya infeksi traktus urinarius yang rekuren dengan kemungkinan gangguan pada traktus urinarius bagian atas. Pendeteksian terhadap kondisi tersebut merupakan hal yang penting dalam penanganan farmakologi dan pembedahan pada wanita dengan inkontinensia urine yang cenderung menjadi eksaserbasi kesulitan berkemih dan retensi kronik. clinical

Selasa, 17 Juli 2007

Deteksi Kanker Payudara Sendiri

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang sangat penting. Tidak hanya menimpa kaum hawa, kaum adam juga bisa kena. Menurut data WHO setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara dan 5 juta meninggal karenanya. Di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat kedua terbanyak setelah kanker rahim.

Penderita kanker payudara di Indonesia kebanyakan tidak tertolong karena baru mengetahui kondisinya setelah stadium lanjut. Padahal, Kanker ini dapat dideteksi lebih dini pemeriksaan secara klinis dan mamografi.

Payudara terdiri dari tiga unsur, yaitu kelenjar air susu, dan jaringan penunjang payudara yang mengikat kelenjar-kelenjar menjadi satu kesatuan. Keseluruhan payudara dibungkus oleh kulit, Saluran kelenjar akan bermuara pada putting susu yang berada ditengah daerah kulit yang berwarna gelap.

Kanker payudara adalah berasal dari kelenjar yang ganas, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara ( tidak termasuk kulit payudara).

Apa saja gejala kanker payudara ? Berikut diantaranya :

  1. Adanya benjolan di payudara

  2. Keluar cairan yang tidak normal dari puting susu (dapat berupa nanah cairan encer, atau keluar ASI pada ibu yang tidak hamil atau sedang tidak menyusui)

  3. Perubahan bentuk dan besar payudara

  4. Kulit, putting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut

Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui sejauh ini, namun ada beberapa faktor resiko terjadinya kanker payudara. Apa dan Siapa? Inidia daftarnya :.

  1. Mendapat haid pertama pada umur kurang dari 10 tahun

  2. Mengalami menopause setelah umur 50 tahun

  3. Tidak pernah menikah, tidak melahirkan anak dan tidak menyusui

  4. Melahirkan anak setelah umur 35 tahun

  5. Pernah mengalami operasi payudara yang disebabkan oleh tumor jinak atau ganas

  6. Dianggota keluarga ada yang menderita kanker

  7. merokok dapat meningkatkan resiko kanker payudara

Kanker payudara pada tahap awal tidak menimbulkan gejala apapuninilah alasan utamamengapa penderita mengetahui penyakitnya setelah stadium lanjut), namun bersamaan dengan berkembangnya penyakit akan muncul gejala yang menyebabkan perubahan pada payudara. Karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara secara berkala

  1. Pemeriksaan payudara sendiri

Setiap perempuan dianjurkan untuk melakukan metode seperti inisecara teratur sebulan sekali setelah selesai haid. Bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan pada tanggal tertentu yang mudah diingat setiap bulanya.

  1. Pemeriksaan oleh tenaga medis

Dengan pemeriksaan seksama sering dapat diduga suatu benjolan dipayudara merupakan tumor jinak atau ganas

  1. Mammogram

Merupakan pemeriksaan radiologi menggunakan sinr x untuk memeriksa payudara. Gambar diambil dari arah samping dan atas untuk masing-masing payudara.

Jadi jangan tunda lagi, periksa sekarang, apalagi jika anda termasuk ke dalam daftar resiko tinggi terkena penyakit ini.

Perkembangan kanker

Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.


Stadium II

umor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

Stadium III

umor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan chemotherapie (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.

Pencegahan awal

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

  • Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

  • Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

  • Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

  • Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

  • Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan.

Pengobatan lanjut

bila ditemukan adanya benjolan, biasanya dokter akan menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan mammografie. Mammografie adalah pemeriksaan payudara dengan alat rontgen dan merupakan suatu cara pemeriksaan yang sederhana, tidak sakit, dan hanya memakan waktu 5 - 10 menit saja. Saat terbaik untuk menjalani pemeriksaan mammografie adalah seminggu setelah selesai menstruasi. Caranya adalah meletakkan payudara secara bergantian antara 2 lembar alas, kemudian dibuat foto rontgen dari atas ke bawah, kemudian dari kiri ke kanan. Hasil foto ini akan diperiksa oleh dokter ahli radiologi. Sebuah benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mammogram.

Cara lainnya adalah dengan operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan (biopsi) dari benjolan itu, kemudian diperiksa di bawah mikroskop laboratorium patologi anatomi. Bila diketahui dan dipastikan bahwa benjolan itu adalah kanker, maka payudara harus diangkat seluruhnya untuk menghindari penyebaran ke bagian tubuh yang lain.

Siapakah yang harus menjalani pemeriksaan mammografie ?

  • Wanita yang berumur lebih dari 50 tahun.

  • Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah menderita kanker payudara.


  • Wanita yang pernah menjalani pengangkatan salah satu payudaranya. Wanita dalam golongan ini harus berada dalam pengawasan yang ketat.

  • Wanita yang belum pernah melahirkan anak. Ternyata pada golongan ini sering dijumpai serangan kanker payudara.

Gambaran normal payudara


Pada stadium dini (awal) kanker tumbuh setempat. Oleh karena itu kalau ada benjolan atau kelainan walaupun tidak dirasakan mengganggu perlu diwaspadai dan dicurigai sebagai kanker sampai terbukti bukan kanker.

Gejala kanker payudara adalah terabanya benjolan yang umumnya keras (bisa juga lunak), tergantung dari jenis kanker yang umumnya didiagnosis berdasarkan hasil biopsi (bagian kanker di ambil dan diperiksa di mikroskop).

Biasanya benjolan kanker payudara semakin membesar (dalam waktu tidak lama), jarang yang terasa sakit/nyeri, benjolan terfiksir atau tidak dapat digerakkan dari luar, pada fase lanjut dapat menimbulkan kelainan pada kulit diluarnya seperti mengerut (mirip kulit jeruk), menghitam atau kecokelatan, hingga keluarnya massa diatas kulit yang bau, bernanah dan mudah berdarah. Tapi pada fase ini, stadium kanker biasanya sudah lanjut.

Oleh sebab itu ada baiknya setiap benjolan yang ditemukan di payudara segera dikonsultasikan pada ahlinya.

Lakukanlah pemeriksaan payudara berkala setiap 10 hari setelah haid, dengan tangan sisi payudara diangkat keatas dan tanga lainnya meraba dari bagian luar secara melingkar perlahan dan lembut ke arah dalam (area puting), konsentrasi untuk memastikan apakah benjolan tersebut merupakanbagian dari kelenjar-kelenjar normal payudara atau tidak.




Pencegahan

Meskipun penyebab kanker secara pasti belum diketahui, setiap orang dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara hidup sehat dan menghindari beberapa jenis kanker :

1. Mengurangi makanan berlemak yang berlebihan.

2. Lebih banyak makan makanan berserat.

3. Lebih banyak makan makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C dan sayur sayuran berwarna.

4. Lebih banyak makan makanan berwarna yang alami seperti sayur hijau dan buah.

5. Mengurangi makan makanan yang telah diawetkan (misalnya diasinkan, dibakar, diasap atau dengan bahan pengawet) atau disimpan terlalu lama.

6. Menghindari minuman alkohol.

7. Hindari diri dari penyakit akibat hubungan seksual, dengan tidak berganti-ganti pasangan.

8. Hindari kebiasaan merokok. Bagi perokok berhentilah merokok.

9. Upayakan kehidupan seimbang dan hindari stres.

10.Periksakan kesehatan secara berkala dan teratur. Dengan pemeriksaan payudara sendiri secara berkala ataupun dengan mammografi.

Penyebab yang pasti dari kanker belum diketahui, namun hasil penelitian dan studi menyatakan dengan jelas bahwa sebagian besar dari timbulnya kanker dapat disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat.

Yang dimaksud dengan gaya hidup yang tidak sehat adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang, kebiasaan merokok, kontak dengan sinar matahari yang berlebihan, berganti-ganti pasangan seks dan lingkungan hidup serta pekerjaan yang ada hubungannya dengan penyebab kanker.

Ada beberapa faktor penyebab yang telah terbukti dapat menimbulkan kanker pada binatang percobaan, walaupun pada manusia belum dapat dibuktikan dengan pasti. Namun faktor-faktor tersebut patut mendapat perhatian. Faktor-faktor atau zat-zat yang dapat menyebabkan kanker disebut karsinogen.

Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain:

1. Bahan Kimia

Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.

Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.

2. Penyinaran yang berlebihan.

Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.

3. Genetik

Faktor genetik pada kanker payudara memiliki pengaruh. Terutama bila ada riwayat generasi sebelum pasien ada yang terkena kanker payudara, maka risiko pasien akan lebih besar.

4. Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).

5. Rangsangan fisik berulang

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.


Add to Technorati Favorites
Search Engine Optimisation
Search Engine Optimisation
Free Shoutbox Technology Pioneer The current mood of nugroho_hari2003 at www.imood.com